enzimini

Koran

Kehadirannya selalu dinantikan pada pagi hari. Beritanya menjadi santapan sebelum sarapan. Asupan tambahan kala energi sejernih matahari menampakkan diri. Kabar politik, hukum, ekonomi sampai cerita bersambung. Sama seperti dunia berita yang tayang tepat pukul 21.00.

Dari pagi hingga jelang siang, berpindah tangan. Sore (mungkin) telah menjadi bungkus. Tiga sampai lima bulan menjadi barang kiloan, yang dapat ditukar dengan rupiah. Itulah ujud fisik koran. Tak berhenti sampai disitu. Orang yang sedikit kreatif, memotong beberapa bagian untuk dikelompokkan per tema. Dijual per lembar, jadi rupiah.

Courant, demikian dalam Bahasa Perancis, yang artinya surat kabar yang dicetak di atas kertas dengan biaya murah. Setelah dibaca diabakan begitu saja. Pagi bermakna, siang tiada guna. Siang memberi informasi, sore basi.

Pertama kali terbit, koran muncul di Strasbourg, Jerman di tahun 1605. Adalah Johann Carolus yang pertama kali menulis. Koran tersebut diberi nama Relation aller Furnemmen und gedenckwurdigen Historien (kumpulan kisah terkenal yang patut diingat). Carolus sendiri sebenarnya seorang penulis. Ia membeli sebuah percetakan, dan memproduksi hasil tulisannya.

Kemudian lahir Avisa Relation oder Zeitung atau Avisa, di kota Wolfenbuttel, Jerman. Diterbitkan oleh Lucas Schulte tahun 1609. Avisa terbit secara periodic dan memuat berita terbaru dari berbagai negara.