rupa-rupa

Cirebon

Sebutan Cirebon berasal dari etimologi Cirebon yang merupakan singkatan dari dua kata, “Ci” dan “Rebon”. Dalam bahasa Sunda, ci atau cai berarti air, sedangan rebon berarti udang.
Tidak salah kalau menyebut kota Cirebon sebagai kota udang. Letak geografis persis di sisi Laut Jawa. Masyarakat Cirebon dikenal karena ketrampilannya mengolah hasil laut, terutama ikan dan udang.
Bahkan udang rebon (udang kecil) dapat ditemui dengan mudah di sepanjang sungai uang melewati Cirebon. Hasil sumberdaya alam ini kemudian dikelola lagi menjadi produk yang lain, seperti garam, petis dan terasi.
petis
Asal usul petis, yang biasanya sebagai teman tahu, tempe ataupun gorengan lainnya, diolah dari rebon. Ada pula petis yang berbahan dasar ikan. Konon kabarnya, petis ini sebagai hadiah atau upeti dari nelayan untuk Raja. Sehingga, sebenarnya petis sebagai makanan utama Raja. Salah satu makanan kelas atas, sebagaimana wedang uwuh juga merupakan minuman ningrat.
Perjalan sejarah kota Cirebon juga tak lepas dari penyebaran agama Islam oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Bukti kejayaan peradaban Islam dapat dilihat dari peninggalan masjid dan keraton yang terletak di Kasepuhan. Tak heran bila Cirebon juga populer dengan nama kota santri.
Data membuktikan bahwa di Cirebon dan sekitarnya, dapat ditemui pondok pesantren. Masyarakat lebih mempercayai pendidikan untuk anak-anaknya diserahkan  di pondok.pesantren.
Cirebon merupakan kota penting di jalur pantai utara, selain Tegal, Semarang dan lain-lain. Terutama Tegal yang pernah mendapat julukan Jepangnya Indonesia. Penggilan ini bukanlah isapan jempol. Tegal telah menjadi kota industri penghasil barang-barang bernuansa logam, meskipun kw
Tidak sering saya melewati kota Cirebon yang hanya sekejap mampir melalui jalan pantai utara, sering disebut pantura. Jalur pantura, sebenarnya merupakan pengembangan dari Jalan Pos, yang membentang dari Anyer sampai Panarukan. Angga Indrawan (2017) menulis bahwa Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) adalah saksi sejarah tentang genoside (bentuk kejahatan dengan memusnahkan kelompok masyarakat secara sistimatis dan disengaja)
Sastrawan Pramoedya Ananta Toer menyebutkan, jalan seribu kilometer itu merupakan hamparan kuburan pekerja yang tewas di sepanjang jalan tersebut.
Semula jalan pantura digunakan untuk kepentingan militer, sekarang jalan yang itu untuk kepentingan mobilitas masyarakat terutama ekonomi. Apalagi kota Cirebon termasuk wilayah yanh berada di salah satu jaringan jalan nasional yang menghubungkan dua pelabuhan penyeberangan, yaitu Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Ketapang. Arus ekonomi otomatis melewati Cirebon.
Sangat beruntung, dua hari ini saya berada di Cirebon untuk silaturahmi kawan SMA yang belum lama menunaikan ibadah haji. Kebersamaan saya dan teman-teman tertunaikan setelah seharian, saya dibawa putar-putar di kota udang. Setidaknya, kesempatan kali ini membayar hutang, setelah beberapa kali lewat Cirebon hanya menapaki jalan saja.