enzimini

Baladewa

Menurut versi wayang Purwa, Baladewa adalah anak dari Prabu Basudewa, raja Mandura dari seorang ibu yang bernama Dewi Mahendra. Ia memiliki saudara kembar Bernama Kresna. Meskipun kembar, secara wujud berbeda. Baladewa berkulit putih, sedangkan Kresna berkulit hitam.

Baladewa meneruskan pemerintahan peninggalan ayahnya, yaitu di Mandura. Ia memiliki karakter yang brangasan, cepat naik pitam (pemarah), namun jujur, adil dan tulus. Ia tak segan minta maaf atas kesalahannya.

Baladewa dapat diibaratkan sebagai manusia bangsawan tapi memiliki pola piker sederhana. Apa adanya. Hitam dikatakan hitam. Pendiriannya netral, tidak mau mencampuri urusan negara lain. Sebaliknya, negeri Mandura tidak boleh ada orang lain ikut campur. Inilah profil negara Non Blok.

Pola pikiran pasif bukan berarti diam. Ia ikut aktif bermusyawarah, terutama di Keraton Astina, milik Pandawa. Ia tampak berperilaku buruk karena lebih sering mendapat hasutan dari Kurawa. Hingga tak jarang, Baladewa menjadi senjata untuk menghasut Pandawa. Namun tak lama pikirannya kembali ke jalan yang benar, setelah dinasehati Kresna.

Pada perang Bharatayudha, Baladewa justru tidak terlibat. Hal ini disebabkan rekayasa Prabu Kresna. Baladewa sengaja diselamatkan oleh Kresna dari kemungkinan buruk yang bakal menimpanya. Krena meminta kepada Baladewa bertapa di grojogan sewu. Tujuannya agar Baladewa tidak mendengar suara gemuruh perang karena tertutup oleh suara gemuruh air terjun.

Baladewa hidup Panjang umur hingga zaman Parikesit, dan tetap dihormati sebagai orangtua yang punya wibawa dan sering dimintai nasehat. Akhir Riwayat Baladewa bukan mati terbunuh. Ia terjun ke laut dan menghilang. Boleh jadi, ia menghindari anak keturunan dan juga saudara-saudaranya saling gempur.